Beragam Budaya Maulid Di Banua

Bagikan Artikel
Beragam cara dan kebiasaan masyarakat Banjar dalam memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW menjadi salah satu keunikan budaya yang dimiliki masyarakat Kalimantan Selatan

Peringatan atau memeriahkan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW di Banua digelar dengan beragam kegiatan yang unik, khas namun tetap bernilai religius.

Bukan hanya digelar pas tanggal 12 Rabiul Awal tradisi maulid dibeberap wilayah di Banua juga digelar sepanjang bulan Rabiul Awal atau sering disebut Bulan Maulid/Mulud.

Dari beberapa tradisi Maulid di Banua diantaranya ada Ba Ayun Maulid , Limit hingga Aruh Ganal atau saruan mulud.

Tradisi peringatan Maulid di Banua memang tidak biasa. Selain diisi dengan pembacaan syair-syair Maulid secara meriah, pelaksanaan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SWA ini juga disertai dengan prosesi dan ritual budaya setempat.

Di Banua Halat Rantau contohnya, disertai dengan prosesi dan ritual budaya Ba ayun Anak sedangkan di HST perayaan Maulid kebanyakan digelar pada malam hari. Lain lagi, di Kabupaten Balangan perayaan Maulid ini disertai dengan istilah Limit yakni, pembagian masyarakat untuk menghadiri saruan Maulid yang digelar desa tetangganya.

Tradisi Maulid di Banua tersebut merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan seiring dengan transpormasi budaya yang terjadi sesuai perkembangan zaman.

Atau istilah kerennya, Tradisi Maulid ini merupakan bagian akulturasi budaya antara orang Banjar dengan kebudayaan terdahulu yakni Dayak Meratus yang merupakan satu rumpun.

Bukti akulturasi kebudayaan ini, bisa kita dilihat dengan adanya beberapa persamaan antara pelaksanaan Maulid dengan Aruh Adat yang digelar di komunitas Dayak Meratus diantaranya, dilaksanakan secara bersamaan dalam satu wilayah atau kampung, mengutamakan kebersamaan dan adanya jamuan makan atau biasa diistilahkan dengan ungkapan Aruh atau Basalamatan.

Jika disederhanakan tradisi pelaksanaan Maulid yang beragam di Banua ini, merupakan hasil proses akulturasi dan asimilasi Islam yang berjalan baik.

Dimana pengabungan tradisi lama dengan yang baru tanpa meninggalkan kebiasaan lama yang diangap masih baik dan diperlukan. (medsos @habarbudaya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *