RAGAMBERITA.ID – Spesies Rusa Besar Asli Indonesia Terancam Punah!
Rusa sambar sebagai salah satu spesies rusa terbesar di dunia. Pada ekosistem hutan spesies ini berperan penting dalam penyebaran biji-biji tanaman. Selain itu, karena bentuk tubuhnya yang besar keberadaannya juga penting bagi hewan karnivora yang berperan sebagai predator seperti harimau dan singa. Hasil kotoran dari rusa sambar mengandung zat kimia yang baik untuk tanah seperti nitrogen. Pada kehidupan manusia sejak dahulu spesies rusa ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan, obat-obatan, bahan baku pakaian dan lain-lain.
Rusa sambar atau Cervus unicolor merupakan spesies rusa besar asli dari Indonesia. Namun, ditemukan bahwa persebaran wilayahnya hanya berada di Sumatera dan Kalimantan. Karena persebaran wilayahnya yang sempit, semakin hari populasi rusa ini semakin menurun sehingga ditetapkan status kepunahannya menjadi vulnerable (risiko rendah) sejak tahun 1996. Penurunan populasi ini dapat terjadi karena perburuan liar yang tidak sebanding dengan angka kelahiran. Pada beberapa daerah di Kalimantan, rusa sambar masih sering sekali dijadikan sumber protein pengganti daging sapi karena harga nya yang lebih murah. Seperti spesies rusa lainnya, ranggah/tanduk rusa sambar banyak diambil sebagai bahan baku obat ataupun untuk hiasan. Selain itu, habitat asli dari rusa sambar telah banyak dialihkan menjadi wilayah pertanian maupun pemukiman oleh manusia.
Mengingat perannya bagi ekosistem dan kehidupan manusia telah dilakukan upaya konservasi untuk melestarikan spesies rusa sambar. Upaya konservasi ini tidak hanya dilakukan untuk memelihara populasi rusa sambar namun juga dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Di Lampung wilayah Sumatera terdapat Taman Nasional Way Kambas yang juga melestarikan rusa sambar sebagai upaya konservasi in-situ. Sedangkan di bagian Lampung Tengah terdapat PT. Gunung Madu Plantations (GMP) yang juga melestarikan rusa sambar dan rusa totol dalam sebuah penangkaran. Penangkaran ini merupakan konservasi ex-situ yang dilakukan di luar habitat alami suatu spesies.
PT. GMP yang menggunakan lahan untuk menanam tebu telah sadar akan kewajibannya untuk melestarikan ekosistem yang berada disekitarnya. Konservasi ex-situ yang dilakukan telah dilakukan sejak tahun 2014. Konservasi ex-situ dapat menghilangkan sifat liar dari rusa sambar sehingga ketika dilepaskan ke habitat aslinya maka akan lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan. Karena merupakan spesies hewan liar yang terbiasa hidup bebas dan jauh dari manusia upaya konservasi ex-situ dapat meningkatkan stress dari rusa sambar sehingga lebih
Rentan terkena penyakit. Pemilihan pakan yang biasanya dilakukan rusa dalam alam liar memungkinkannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian, namun ketika dalam penangkaran (konservasi ex-situ) rusa tidak dapat memilih makanannya dan hanya memakan pakan yang diberikan. Selain merugikan untuk hewan yang dikonservasi, upaya konservasi ex-situ juga memerlukan biaya operasional yang relatif besar.
Untuk melakukan inovasi konservasi ex-situ, beberapa solusi dapat dipertimbangkan, antara lain dengan meningkatkan sarana dan prasarana, memperbaiki dan meningkatkan fasilitas peternakan seperti lumbung, taman satwa liar atau taman safari. Hal ini termasuk memperbaiki pagar, memperluas ruang gerak dan menyediakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan hewan. Selain itu, hal ini dapat dilakukan dengan memperbarui metode pemeliharaan, menerapkan metode pemeliharaan terkini dan terbaik untuk menjamin kesejahteraan dan keberhasilan reproduksi ternak. Hal ini mencakup perubahan kebiasaan makan, layanan kesehatan, dan pengelolaan populasi. Selain itu, dengan melakukan penelitian dan inovasi untuk lebih memahami kebutuhan dan perilaku hewan penangkaran. Inovasi juga diperlukan untuk mengembangkan teknik pemeliharaan yang lebih efisien dan efektif. Ketika menerapkan reformasi konservasi ex-situ, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik spesies yang ditangkap dan memastikan bahwa semua tindakan yang diambil didasarkan pada prinsip-prinsip yang ada.
Tulisan di susun oleh
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, Institut Teknologi Sumatera
Nama Anggota:
Octa Nursabila
Sadira Maharani Putri
Cindi Aulia
Dewi Hariyati
Ahmad Fadil
Erina Mu’awanah