Jalan Liuk Tradisi Pengantin Di Pahuluan

Bagikan Artikel

Jika secara umum dalam prosesi perkawinan masyarakat Banjar ada tradisi Pangantin Bausung atau Bausung Pangantin, namun ternyata banyak juga tradisi unik lainnya yang dilaksanakan masyarakat di daerah-daerah tertentu.

Salah satunya “Jalan Liuk” yang hingga kini tradisi turun termurun tersebut masih dilestarikan oleh warga desa Marias secara khusus dan Kecamatan Juai secara umum yang masum wilayah Kabupaten Balangan.

Tradisi Jalan Liuk dilaksanakan pada malam hari sesudah siangnya digelar pesta resepsi bagi kedua mempelai. Keunikan tradisi ini, ialah pasangan pengantin harus masuk kejalur kotak-kotak yang menyerupai taman labyrint yang dibuat dari tali dan dua buah pintu bersebarang dan harus bisa bertemu ditenga-tengah.

Menurut salah satu tokoh masyarakat desa Marias H Syaprani tradisi Jalan Liuk ini sudah menjadi tradisi turun temurun di masyarakat dan hingga kini masih diletarikan.

Tradisi Jalan Liuk, kata Syaprani, dilakukan pada malam hari ditengah tanah lapang yang sudah buat jalur jalan berkelok-kelok (Baliuk-baliuk) dengan mengunakan tali dan pengantin beserta pengiringannya harus bisa menemukan jalan agar sampai ditengah-tengah sehingga bisa bertemu dengan pasangannya.

“Pasangan pengantin harus terpisah satu sama lain saat masuk diareal jalan baliuk yang dibuat. Pasangan pangntin juga ditemani tiga orang Pantul, satu bertugas sebagai penunjuk jalan dan dua lainnya sebagai pengiring,” ujar pria paru baya ini.

Selain ditemani Pantul, kata pelaku tradisi jalan liuk ini, saat acara Jalan Liuk dilaksanakan juga harus diiringi musik gemalan dari awal sampai akhir.

Tradisi Jalan Liuk ini, lanjut dia, bukan hanya sekedar tradisi hiburan tapi juga mengandung pembelajaran serat makna dibaliknya.

“Tradisi Jalan Liuk ini sebenarnya adalah sebagai nasihat bagi pasangan pangantin, jika dalam mengarungi kehidupan rumah tangga nantinya pasti mengalami berbagai masalah. Inilah yang dimaksud Jalan Baliuk, artinya kehidupan rumah tangga tidak hanya akan senang selalu jalannya lurus tapi juga akan ada masalah yakni, jalannya Baliuk,” jelasnya.

Lebih jauh, dirinya mengungkapkan, selain tradisi Jalan Liuk juga ada beberapa tradisi lainnya pada upacara pengantin diantaranya, Bausung, Bahantu Sandah dan Basisingaan.

Hantu Sandah sendiri, menurutnya, sejenis ondel-ondel tapi wajahnya dibikin seram sedangkan sisinggaan merupakan duplikan singga yang dimainkan oleh dua orang sama seperti Barongsai.

“Hantu Sandah dan Sisinggan ini mengambarkan makhluk dari gunung atau hutan yang datang ketempat keramain,” jelasnya. (tim RB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *