Ragamberita – Banyak seni budaya dan tradisi Banjar merupakan hasil dari akulturasi kebudayaan, ini tidak terlepas dari wilayah Banjar merupakan daerah majemuk sehingga berbagai seni budaya menghiasi kehidupan masyarakat Banjar.
Salah satu kesenian yang unik yakni, Basisinggan. Pertunjungan seni Basisingaan ini biasanya ditampilkan saat pasangan pengantin bersanding atau lebih dikenal dengan istilah Duduk Batatai yang didahului dengan acara Pangantin Ba’arak (pasangan pengantin pria diantar ke pelaminan untuk bersanding dengan pengantin perempuan dengan cara berjalan kaki disertai rombongan)
Kesenian Sisingaan ini tidak berbeda jauh dengan tradisi Barongsai pada etnis China karena sama-sama memainkan ornamen binatang berupa naga atau singa yang diiringi musik.
Kalau Barongsai berupa bintang Naga maka Sisingaan merupakan Singa dengan bentuk tubuh yang memanjang.
Namun biasanya, Basisinggan ini ditampilkan beserta dengan tradisi Hantu Sandah atau Pantul sebagai pengiring ornamen Singa yang dimainkan.
kesenian Basisingaan sendiri biasanya dimainkan sekitar 12 orang, yang terdiri dari 6 orang pemain untuk memainkan Sisingaan.
Tiap ekor singa dimainkan oleh 3 orang, yaitu bagian kepala, ekor, sedangkan pemain yang ditengah bersifat sebagai pembantu dan biasa juga diiringi oleh musik Gamelan.
Dua orang pemain lainnya, bertindak sebagai badut untuk menarik perhatian pengunjung atau masyarakat dengan menggunakan topeng serta kostum menyerupai seekor monyet atau hanoman.
Pemain lainnya adalah 2 orang penabuh gendang atau babun, serta seorang pemukul gong, dan seorang lagi bertindak sebagai kepala rombongan atau pimpinan Kerangka Sisingaan ini.
Tradisi Basisingaan sendiri, diyakini merupakan hasil akulturasi dan asimilasi dari kebudayaan etnis china dengan masyarakat sekitar, ini dilihat dari binatang Singa yang juga dianggap sakral oleh etnis China dan adanya ornamen Hantu Sandah yang mewakili tradisi lokal.